Wednesday, December 28, 2011

Peran seorang Suami Kristen :)

Hi guys! Di post sebelumnya gw bilang kalo gw lagi baca buku "This Momentary Marriage" by John Piper. It was soooo good that I want to share it with you guys :)

Di bab2 awal, John Piper menjelaskan betapa pernikahan Kristen itu merupakan kehendak dan rencana Allah dari mulanya (Kejadian 2:24),
dan pernikahan itu merupakan gambaran hubungan Kristus dan jemaat-Nya.
Seperti yang Paulus katakan dalam Efesus 5:31-32,
"Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, 
sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 
Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat."
Kristus mengikatkan janji dengan jemaatnya dengan darah dan pengorbanan-Nya, dan membentuk suatu "pernikahan" yang tak akan terpisahkan.
Oleh karena itu, tujuan utama dan paling mulia dari sebuah pernikahan adalah:
untuk memperlihatkan/mempertontonkan hubungan Kristus dengan jemaat-Nya.
Jika kalian sudah menikah, inilah tujuan yang harus kalian capai.
Jika kalian hendak menikah, inilah yang seharusnya menjadi impian kalian :)

Efesus 5:22-25 adalah analisis bagaimana peran seorang suami dan seorang istri di dalam pernikahan yang mengambil contoh dari Kristus dan jemaat-Nya.
"Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepada jemaat.
Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus,
demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.
Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan
telah menyerahkan diri-Nya baginya."

Suami dibandingkan dengan Kristus;
Isteri dibandingkan dengan jemaat.
Suami dibandingkan sebagai kepala;
Isteri dibandingkan sebagai tubuh.
Suami diperintahkan untuk mengasihi sama seperti Kristus yang telah mengasihi;
Isteri diperintahkan untuk tunduk sama seperti jemaat yang tunduk kepada Kristus.

Dalam post ini gw mw tekankan dalam peranan suami dalam sebuah rumah tangga.
Headship adalah panggilan mulia para suami menjadi pemimpin yang mau melayani, serta mengambil tanggung jawab melindungi, menyediakan kebutuhan, dan menjadikan rumah tangganya segambar dan serupa dengan Allah.

1. Pemimpin sebagai Pelindung
Dalam Efesus 5:27, Paulus mau agar para suami meneladani bagaimana Kristus -yang bertindak sebagai Pemimpin yang Melayani- mengasihi jemaat-Nya:
"kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya"
Tekankan kata: "Telah menyerahkan diri-Nya baginya..."
Saat Kristus menyerahkan diri-Nya bagi kita,
Ia "memikul dosa kita" (1 Petrus 2:24), 
"menjadi kutuk" untuk kita (Galatia 3:13), 
dan "mati bagi kita" (Roma 5:8); 
dan karena ini kita diperdamaikan dengan Allah dan diselamatkan -dilindungi dari!- murka-Nya.
Seperti dalam Roma 5:10 mengatakan:
"Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!"
Kalau ada contoh bagaimana seorang pemimpin mengambil inisiatif untuk melindungi dan menyelamatkan pengantinnya, inilah contoh itu.
Jadi ketika Paulus menyuruh seorang suami yang Kristen untuk menjadi pemimpin bagi istrinya seperti cara Kristus memimpin, yang dia maksudkan adalah: LINDUNGI DIA BAGAIMANAPUN CARANYA!

2. Pemimpin sebagai seorang Penyedia Kebutuhan
Dalam ayat 28-29 tertulis:
"Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak ada orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat."
Kata mengasuh (ektrephei) sering digunakan dalam Alkitab dalam konteks membesarkan anak-anak dan mencukupi kebutuhan mereka.
Jadi, seorang suami yang meneladani Kristus mengambil inisiatif untuk mencukupi kebutuhan isteri dan anak-anaknya.

Seorang suami dipanggil untuk melakukan kepemimpinannya dalam aspek-aspek:
1. Mencukupi kebutuhan jasmani
Ini berarti seorang suami harus menyediakan kebutuhan untuk tubuh jasmani (seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal).

2. Mencukupi kebutuhan spiritual
Ini berarti seorang suami harus mengejar Tuhan dalam segala sesuatu dalam hidupnya.
Seorang suami yang bisa memimpin secara spiritual hanyalah seorang suami yang iman, kasih dan pengetahuannya sudah bertumbuh dulu terhadap Allah.
*Peran ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan semua anggota keluarga untuk Renungan atau doa setiap hari. Ambil insiatif untuk mengumpulkan mereka!
Ingat juga bahwa menjadi pemimpin di sini memiliki tanggung jawab utama, bukan tunggal! Ini berarti kalian, para suami juga bisa berdiskusi dan meminta tolong isteri kalian untuk melakukannya :)



3. Melindungi secara jasmani
Peran yang ini sangat obvious sekali. Ini berarti, jika pada malam hari, ada suara di dalam rumah, kemungkinan ada perampok, sang suami harus menghadapi bahaya yang mengancam keluarganya terlebih dahulu!

4. Melindungi secara spiritual
Bahaya yang mengancam keluarga secara spiritual pada jaman ini banyak sekali.
Kita butuh seorang suami yang mampu berperang! 
Bukan dengan pedang atau tombak, tapi dengan hikmat, kebijaksaan, dan keberanian yang Alkitabiah.
Para suami, berdoalah untuk keluarga kalian setiap hari,
"Jangan membawa mereka ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah mereka dari yang jahat."
Set standar untuk istri dan anak-anak kalian. Lakukan ini dengan istri kalian.
Set standar untuk hal-hal apa yang boleh ditonton, boleh dibaca, atau musik yang boleh didengar!!

Satu hal lagi contoh untuk pelindung secara spiritual:
Rasul Paulus mengucapkan dalam Efesus 4:26-27,
"Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, 
sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis."
Ini berarti, satu jendela besar bagi sang Iblis untuk masuk adalah amarah yang tidak padam dan masalah yang tidak terselesaikan dalam keluarga dan dengan anak-anak.
Kepemimpinan berarti sang suami harus mengambil inisiatif dalam perdamaian.


Bukan berarti sang isteri tidak usah meminta maaf.
Tetapi dalam hubungan antara Kristus dan jemaat-Nya,
siapa yang mengambil inisiatif untuk membuat segala sesuatunya jadi baru?
Siapa yang turun dari takhta-Nya dan berbelas kasihan?
Siapa yang datang pertama kali kepada Petrus setelah ia menyangkal sebanyak tiga kali?
Siapa yang datang kepadamu terus terusan, mengampunimu, dan memberikan kesempatan untuk memulai hubungan yang baru?
YESUS KRISTUS! Sang pemimpin, sang pengambil inisiatif yang hebat!

Sooo, para suami, kepemimpinan kalian berarti: go ahead. Ga peduli siapa yang salah duluan.
Hal itu tidak menghentikan Sang Kristus.
Siapa yang menghancurkan perang dingin duluan?
Siapa yang duluan mengucapkan, "Maafkan aku, aku ingin membuatnya lebih baik..." atau:
"Bisakah kita berbicara?"
Sang istri mungkin mengambil inisiatifnya duluan. Dan terkadang itu tidak apa-apa.
Tetapi sangat disayangkan apabila kalian para suami mengira bahwa sejak itu adalah kesalahan sang istri, dia yang harus duluan meminta maaf.
Kepemimpinan tidaklah mudah.
Itu adalah pekerjaan paling sulit, paling rendah hati di dunia ini.
Lindungilah keluarga kalian. Berjuanglah, untuk menciptakan perdamaian sebelum matahari terbenam.


Pada waktu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah mendatangi mereka (tidak peduli bahwa Hawa yang berdosa duluan) dan berkata, (dalam alkitab Bahasa Inggris) "Adam, where are you?"
Itulah pesan Allah untuk keluarga masa kini:
Adam, Suami, Ayah, di manakah kalian?
Jika ada masalah dalam sebuah keluarga dan Yesus mengetuk pintu rumahnya, 
Ia akan mencari sang PEMIMPIN, sang suami, sang kepala keluarga dalam keluarga itu.
Itu yang terjadi dalam pernikahan yang pertama.
Itu juga yang akan terjadi dalam pernikahan kalian!

Ketika seorang suami dengan penuh sukacita menerima tanggung jawab dari Tuhan untuk mau melayani, serta mengambil tanggung jawab melindungi, menyediakan kebutuhan untuk keluarganya -secara spiritual, untuk mendidik anaknya secara disiplin, bijaksana dalam menggunakan uang, memiliki pekerjaan yang tetap, dan mengusahakan perdamaian- tidak akan ada istri yang menyesal ia menikah dengan pria seperti ini.
Karena ketika Allah mendesain dan merancang sesuatu (seperti pernikahan!) Ia merancang itu untuk kemuliaan-Nya dan kebaikan kita :)



Gw pas baca bab yang di atas tadi (tentang peran seorang suami),
gw langsung mikir: WAW! Standar untuk seorang suami Kristen yang taat itu TINGGI banget ternyata...
Terutama pas gw baca bahwa seorang suami harus mengambil inisiatif untuk mengusahakan perdamaian... Hal itu susaahhhh banget dilakukan!
Gw sendiri klo misalnya berantem sama mami papi, ato sama dedek aja jaraannggg banget mau minta maaf duluan, padahal gw yang salah! Apalagi kalo mereka yang salah! OGAHHHH!!
Hehehehehe :P *curcol*
Hal ini menyadarkan bahwa memilih seseorang untuk jadi pasangan hidup yang bisa membangun suatu keluarga Kristen yang taat kepada Kristus itu ga mudah!
Seorang suami ga bisa cuman dilihat berdasarkan wibawa-nya doang:
wiiii...bawa BMW!
wiii...bawa iPad!
ato kesempurnaan fisiknya:
Cowok TCP (Tinggi Cakep Putih),
Cowok GBK (Gagah Berotot Keren).

Seorang suami Kristen yang meneladani Kristus harus terlihat dari karakternya,
dari bagaimana dia mau mengambil inisiatif untuk memimpin,
inisiatif untuk melakukan keadilan,
inisiatif untuk menegur, dan
inisiatif untuk meminta maaf...

Bagaimana dengan kalian, wahai para calon istri?
Pengen punya suami yang Tinggi Cakep Putih dan kaya?
Atau pengen punya suami yang bisa melindungi serta mencukupi kebutuhan secara jasmani dan spiritual? ;)

Daann... Bagaimana dengan kalian, wahai para calon suami?
Pengen jadi suami yang kaya, sukses, dan terkenal?
Atau pengen jadi suami yang meneladani Kristus yang mengasihi, melindungi, dan mengambil inisiatif duluan untuk mengusahakan perdamaian bagi keluarga kalian? ;)

1 comment: