Monday, December 26, 2011

Mengapa Perlu Bersukacita?

Hi guys! Akhirnya nulis lagiiii :D
Dari kemaren banyak banget posting-an di "delay" gara2 stengah2 bikinnya,
blom jadi, udah bikin yang lain, wekekek :p
Tunggu yaaa, I'll finish them soon! :)

Hari Sabtu, 3 Desember kemarin, gw sekeluarga besar dari papi pergi ke Panti Asuhan Prapatan buat merayakan ulang tahun sepupu gw, Shanon, yang ke-8. Ayahnya mau ngajarin dia supaya pas hari ultahnya ga boleh nuntut buat "dapet, dapet, dapet" hadiah terus, tapi musti belajar berbagi jugaa :)

Gw sii yaa, klo mo jujur, secara pribadi waktu itu males perginya... Gw sii sukaaa banget main sama anak-anak, apalagi anak-anak panti asuhan, yang demen banget dipeluk, tapi hari Senen setelah weekend itu gw UAS!! UAS cuyyy!! Dan gw pengen mempertahankan IP gw supaya ga turun, jadi musti belajaarrr!
Terdengar egois skaliii yaa? Tapi emang itu yang gw pikirkan, jadi gw agak sedikit ogah-ogahan sii bangunnya. Bersyukur, mami dan papi memaksa dengan sekuat tenaga agar gw mo bangun, sarapan, dan mandi, spy bisa pergi cepet-cepet ksana, hahaha :P

Sampai di sana, kita latihan lagu pujian penyembahannya, trus kakak David (perwakilan dari Panti Asuhan itu) yang jadi WL (Worship Leader) buat pas kebaktiannya minta gw ngiringin juga, jadi langsung nyocokin nada dasar 10 menit sblom kebaktiannya, wkwkwk..
Trus kakak David memimpin dengan antusias sekali. Ia dapat mengajak anak-anaknya dengan baik dan ia melakukannya juga dengan penuh sukacita, ditambah juga dengan talenta leadership yang sangat baik, sehingga dapat menguasai suasana saat kebaktian itu supaya tetap santai, tapi khusyuk...

Gw dari depan -sambil mengiringi puji-pujian- bisa melihat wajah-wajah anak-anak di Panti Asuhan itu yang penuh semangat memuji Tuhan, sangat merasakan dan meresapi tiap lagu yang dinyanyikan, seakan-akan mereka mengalami hadirat Tuhan saat mereka menyanyikannya...
Mereka penuh dengan sukacita melaksanakan kebaktian syukur itu, walaupun klo dilihat-lihat, mungkin mereka tidak memiliki kesempatan untuk bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga en ga bisa merayakan ulang tahunnya secara besar-besaran.

Pada saat menuju saat-saat sebelum bubar, ada beberapa anak-anak yang menunjukkan bakatnya dalam bernyanyi. Ada yang bernyanyi solo, ada yang bernyanyi kwartet juga...
Dan gw terkejut karena....ada beberapa di antara mereka yang suaranya sangat KEREN BANGET!
Mereka punya talenta di bidang itu, dan mereka ga malu-malu buat nyanyi untuk Tuhan :)

Di momen itu, gw belajar satu hal:
Mengapa sih kita perlu bersukacita?
Dalam buah-buah roh sendiri juga tertulis, salah satunya adalah: SUKACITA (Galatia 5:22-23)!
Mengapa hal itu begitu penting?

Simple.
Karena kadar sukacita kita menunjukkan hidup kita bergantung sama SIAPA (atau sama APA)...
Gw inget isi Renungan Harian tanggal 14 November kemarin...
Bacaannya terambil dari Lukas 7:11-17.
Ada seorang janda yang ditinggal oleh anaknya. Ia sudah membesarkannya sendirian, setelah suaminya meninggal, tetapi sekarang anaknya -harapan dan tempat ia menggantungkan hidupnya- meninggal.
Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya, "Jangan menangis!" (ayat 13) dan membangkitkan kembali anak-Nya (ayat 14).
Yesus tidak hanya membangkitkan si anak muda, tetapi juga menghidupkan kembali harapan si janda...
Sumber: http://renunganharian.net/index.php/2011/11-november/76-menggantungkan-harapan

Anak-anak Panti Asuhan Prapatan tidak punya orang tua, 
tidak punya Blackberry Torch, 
tidak punya Samsung Galaxy Tab, 
tidak punya iPad ataupun Macbook 13 inch,
tetapi mereka tetap BERSUKACITA...
Kenapa? 
Karena mereka tidak menggantungkan hidup mereka dalam orang lain, Blackberry, Samsung Galaxy Tab, iPad, ataupun Macbook...
Mereka bersukacita karena memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan...

Bagaimana dengan kita?
Di mana kita menggantungkan harapan kita?
Kepada orang tua-kah? Kepada gadget-kah? Atau kepada Sang Pencipta? :)

Oleh karena itu, Sukacita menjadi tolak ukur seberapa kita berserah sama Tuhan.
Ketika anggota keluarga kita sudah tiada, gadget itu hilang, dan harta kita habis, apakah kita masih bisa bersukacita, karena kita menggantungkan harapan pada Dia, yang Maha Kuasa? Atau sukacita kita hilang bersama dengan benda-benda yang fana tersebut? ;)

"Bersukacitalah dalam Tuhan!
Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!"
(Filipi 4:4)


No comments:

Post a Comment