Hallo guys!! Nulis lagi niih, bulan kemarin gw dapet perenungan bagus banget lewat saat teduh yang pengen gw bagiin sama kalian smua :)
Smoga bisa memberkati en jadi perenungan buat kalian smua jugaa ;)
"Penonton atau Penyembah?"
Baca: Mazmur 57
"Hatiku siap, ya Allah; aku mau bernyanyi, aku mau bermazmur.
Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi..."
(Mazmur 57:8-9)
Baca: Mazmur 57
"Hatiku siap, ya Allah; aku mau bernyanyi, aku mau bermazmur.
"Ah saya tidak bisa menyembah nih. Musiknya tidak pas di hati!” keluh seorang jemaat di akhir ibadah. Sepintas, keluhan ini terdengar wajar. Namun, keluhan ini berasal dari mentalitas penonton yang kerap kali menjangkiti banyak orang percaya. Bagi seorang penonton, ia akan bernyanyi jika musik berhasil menggugah dirinya. Dengan kata lain, penyembahannya tergantung dari musik.
Jika musiknya tak sesuai selera, ia mogok menyembah Tuhan.
Ia melemparkan kesalahan pada musik. Sikap apakah yang diinginkan Tuhan ketika kita menyembah-Nya?
Mazmur 57, yang ditulis Daud ketika lari dari kejaran Saul, meneladankan sikap seorang penyembah yang sejati. Perhatikan urutannya: Hati harus siap sebelum bernyanyi (ayat 8). Jiwa harus bangkit sebelum alat musik dimainkan (ayat 9). Hati mesti bergelora menyembah-Nya bahkan sebelum musik mengalun. Hati penyembahan tidak didikte atau dibatalkan oleh musik.
Prioritasnya tidak tertuju pada selera musik melainkan pada kebenaran Tuhan (ayat 11). Ia tidak meninggikan “kemuliaan musik”, tetapi kemuliaan Tuhan (ayat 12).
Setiap Minggu kita beribadah di gereja. Periksalah diri kita dengan jujur, apakah kita datang sebagai seorang penonton atau penyembah? Apakah kita seperti “mesin diesel” yang harus dipanaskan terlebih dulu oleh musik supaya kita bisa menyembah-Nya?
Atau, apakah kita menghampiri hadirat Tuhan dengan kerinduan dan kekaguman akan Dia?
Berhentilah menjadi penonton dalam ibadah. Jadilah penyembah-Nya!
Seorang penonton merindukan "hadirat musik".
Seorang penyembah merindukan hadirat Tuhan.
Setelah baca ini gw jadi tergelitik sendiri, karena memang gw seringkali juga bertingkah sebagai "penonton" doang, yang kalau lagunya enak baru bisa memuji en nyanyi kenceng-kenceng.
Di gereja gw sendiri gw banyak menemukan orang-orang yang penyembahannya bergantung sama jenis lagu. Klo lagu-lagu yang enak en terkenal kek buatan Fanny J. Crosby baru dhe mau nyanyi :p
Apalagi kebaktian umum gereja gw dengan pemakaian alat musiknya yang cuman sekedar piano ama organ, alhasil sering dengan suksesnya membuat para jemaat ngantuk.
Pada suatu minggu pas gw pelayanan kebaktian sore, ada temen yang ngasih saran:
"Eh, nanti pas pelayanan sore kamu mainnya yang semangat ya! Pokoknya pake 'rhythm' yang seru en rame, soalnya dari kebaktian pagi itu ada jemaat yang ngeluh karena lagu-lagunya lemes jadi bikin ngantuk."
Atauu celotehan kayak gini nih yang paling sering:
"Duh, kok majelis milih lagu yang aneh-aneh en jarang dinyanyiin sih, gimana nyanyinya coba..."
Wkwkwkwk... Emang gereja gw pake buku lagu NKB, yang ternyata punya 2 kepanjangan:
"Nyanyikanlah Kidung Baru" dannn...
"Nyanyikanlah Kalau Bisa..." Kalau bisa!!!
Karena emang lagu-lagunya ada beberapa yang tidak familiar en sulit, sehingga jemaat suka males klo ketemu lagu baru :p hahaha...
Tapi emang siii apa yang renungan ini katakan, terkadang kita sendiri kalau mau kebaktian gak mau siapin hati dulu, dalam artian: benerin MOTIVASI. Gw dateng ke gereja buat apa?
Buat nyanyi-nyanyi, seneng-seneng, ketemu temen, atau sekedar kewajiban doang?
Pernah suatu kali ada pendeta kotbah di gereja gw -yang gw lupa namanya siapa, maap ya Pak, hihihi-
Dia bilang ada banyak persiapan sebelum kita ibadah:
Pertama: siapin HATI.
Ini termasuk siapin motivasi juga, juga yang gak kalah penting: hubungan kita sama sesama.
Apakah kita masih berantem sama mami, papi, sama mbak, ato sama saudara, sama pacar, en temen kita? Jangan sampai kita dateng ke rumah Tuhan dengan keadaan hati yang masih jengkel en penuh cemar. Gmana kita bisa ditaburin sama Firman Tuhan dari pendeta kalau kita sendiri masih mengeraskan hati kita buat mengampuni?
Kedua: persiapan fisik.
Yaaa, dandan en milih baju yang bagus juga termasuk dheee, masak kencan aja baju disiapin, buat Tuhan enggaakkk? hihihihihi ;)
Ini juga berarti siapin diri kita dengan tidur en makan yang cukup sebelum ibadah.
Jadi gak ada tuh begadang PDKT sampe subuh padahal besoknya kebaktian jam stengah 7,
ataupun bela-belain nonton Final EURO pas besok pelayanan jam 8 pagi :p
Yang gak kalah penting dari tahap kedua ini adalah:
persiapan kita dalam mengikuti Ibadah dalam hal-hal yang bersifat fisik (bisa kelihatan), di antaranya: persiapan membaca Alkitab en nyanyian.
Di Warta Jemaat gereja gw tiap minggu pasti ada kolom pembacaan Alkitab serta list lagu-lagu untuk ibadah minggu itu en minggu depan.
Pendeta itu nyindir:
"Siapa di antara kalian yang persiapan buat ibadah dengan baca pasal-pasal Alkitab untuk kebaktian minggu ini? Di Warta Jemaat tertulis kan buat minggu ini sama minggu depan?
Itu tujuannya buat kita persiapin di rumah! Siapin hati kita jadi tanah yang subur pas kotbah disampaikan! Bukan cuman buat menuh-menuhin Warta Jemaat doang!"
Straight to the heart banget sindirannya. Selama ini gereja sudah memfasilitasi jemaat dengan bahan bacaan Alkitab en list lagu-lagu, tapi gak pernah dilirik, apalagi disiapin di rumah.
Kapan kita pernah melatih sendiri di rumah lagu-lagu buat kebaktian minggu depan?
Banyak jemaat yang mengeluh en ogah nyanyi karena bukan gak kenal lagu-lagunya,
tapi karena sendirinya gak mau persiapan di rumah!
Jemaat di gereja gw itu sangat-sangat diberi banyak keuntungan: udah ada warta jemaat yang rapih, en juga 15 menit sebelum kebaktian masih ada lagi latihan lagu-lagu yang sulit!
Alhasil gak ada lagi dong alesan-alesan seperti: "gak tau lagunyaaa" atau "susah lagunyaaa".
Mari kita teladani sikap Daud yang gak bergantung pada situasi en kondisi sekitarnya: meskipun dalam keadaan terjepit en sangat gak enak, dia sendiri mau siapin hati en mental buat nyembah Tuhan.
Meskipun lagu-lagunya gak enak en susah, meskipun kotbahnya panjang en ngebosenin, meskipun pemain musik mainnya jelek, meskipun alat musiknya bikin ngantuk, kita masih bisa menawarkan penyembahan yang luar biasa buat Tuhan. Inilah sikap hati yang benar!
Biarin gereja atau majelis jemaat kita ngasih lagu-lagu aneh en gak enak pun kita bisa tetap gembira dan semangat memuji Tuhan, karena kita dateng buat menyembah Dia,
bukan buat nikmatin musik ato ngeliat para singer nyanyi solo di depan ;)
Sooo, siap menyembah Tuhan?