Kali ini bukan giliran cerita gw yang di-post, tapi ada temen gw yang mau berbagi kisah renungan Natalnya tahun ini sama kitaa~
Agak sulit mengeditnya sih, karena pengalaman menulis temen gw yang satu ini cuman sekitar membuat kata pengantar sebagai ketua II di Yearbook SMAK5 2010, hahaha...
So I have to make a few edits here and there, but above that, great job my dear friend,
Raynaldi Philipus! Thanks for sharing this one with us :)
Kalau datang ke perayaan Natal, biasanya ada beberapa hal yang membuat gw kagum sama kebaktian-kebaktian Natal di gereja gw:
Permainan orkes yang begitu membahana (ada cello, bass, harpa, tuba, flute, dan alat musik lain yg gak taw namanya),
paduan suara yang buat merinding,
jemaat begitu khusyuk,
khidmat menyanyikan lagu malam kudus di prosesi penyalaan lilin yang buat merinding,
solo anak di persembahan pujian yang lucu dan polos,
di saat perayaan natal dengan lagu2 khas natal dinyanyikan dari awal sampai akhir.
Namun ada salah satu perkataan pdt. Frida Situmorang dalam khotbahnya yang membuat gw merenung...
Tema khotbahnya malam Natal itu adalah: Allah merendahkan diri untuk keselamatan manusia.
Yesus yang Maha Tinggi, Maha Kuasa, Maha Besar, bisa memilih byk cara untuk menyelamatkan manusia.
Dia bisa jadi presiden negara Yesus,
Dia bisa buat kerajaan Yesus dan memberikan kesempatan buat seluruh orang dari belahan bumi jadi warga kerajaan itu untuk diselamatkan.
TAPI NYATANYA ENGGAK!
"Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya." (2 Korintus 8:9)
Dia, yang merupakan raja di atas segala raja, pemiliki seluruh isi dunia ini, rela menjadi sama dengan manusia, lahir di kandang domba, tidur di palungan, dan telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Filipi 2:8)
*fun facts: dari zaman dahulu sampai sekarang, lampin dan palungan bukan tempat yg layak buat bayi. bahkan gembala zaman dahulu ketika punya anak, gak akan dibungkus lampin dan ditaruh di palungan. palungan itu bekas dedak, makanan ternak, banyak lalat.
Ada beberapa perkataan:
“ayo datang yak ke natalan xxxxx, akan ada guest star, performance dari @!@#$%%” “eh taw ga, di natalan gw, si artis xxxxxx datang loh, gile aja yah, trus ada pejabat *&^^%$#” “hoi, lum ngrasain sukacita dari natal? ayo dtg ke natalan gw, pasti lu ngrasa perubahan dan damai dan semua perubahan baik lainnya”
Well yeah, tiap orang pasti punya interpretasi sendiri tentang hal ini,
tapi ini salah satu interpretasi yg mau dibagikan.
Coba bayangin dhe kalau Natal kali ini adalah ulang tahun Tuhan kita yang ke 2010...
Untuk panitia:
Mari kita sibuk mempersiapkan pesta sweet-two-thousand-and-tenth birthday Yesus, kita mengundang orang2 yang terkenal, punya nama, kedatangan orang2 besar, latihan padus-orkes sebaik2nya, mengajak sebanyak2nya orang datang ke pesta ini.
Pertanyaannya adalah: "Yang sebenarnya 'ulang tahun' dapet kebagian menyatakan dirinya sebagai "main event" di acaranya gak yaa?"
“Allah lahir dengan segala kerendahanNya, Dia menyelamatkan kita yang percaya kepadaNya. Apa salahnya merayakan sesuatu yang megah buat Tuhan kita yang Maha Megah?”
Untuk Jemaat:
Kita datang ke pesta sweet-two-thousand-and-tenth birthday Yesus, siapa yang kita cari pertama kali? yang “berulang tahun” atau teman2 dan kerabat kita yang juga diundang ke pesta itu? Kita sangat menantikan apa dalam acara ulang tahunnya? Perayaannya atau apa yang ingin Tuhan ucapkan dalam acaranya kali itu?
Terus yang paling penting juga: Hadiah apa yang kira2 Tuhan pengen kita kasih?
Di dalam khotbah tadi, ada satu frasa yang cukup menarik perhatian gw:
Kebekuan dunia.
Yup, bumi kita memang lagi mengalami global warming tapi taw apa yg sebenarnya terjadi? dunia membeku! hati kita membeku! perasaan kita membeku!
Need some proves?
Masi ingat perasaan dapet nilai bagus saat ujian susah? Gimana perasaan senangnya dapet surprise dari temen saat ulang tahun ato saat jalan bareng tmen2 deket? Gimana rasanya makan bareng keluarga saat uda gak lama ketemu mereka?
Ketika kita menyanyikan lagu malam kudus, gita surga bergema, ato lagu2 natal lainnya sepanjang kebaktian malam natal ini, adakah perasaan senang seperti itu? Atau itu semua hanya rutinitas tiap akhir tahun?
Ada banyak yang bilang:
“ya ampun, gak berasa uda natal lagi. Nyalain lilin, nyanyi malam kudus” “christmas is one of the best time in year. lagu-lagunya mellow2, hangat2, hark! the herold angels sing! o’ holy night! lagu2 yang buat merinding semua!” “Komitmen, resolusi di natal untuk 1 tahun ke depan. Terima kasih Yesus buat kedatanganMu. Aku sangat bersuka”
Oke, sekarang kita balik keadaannya:
Kita gak bisa pergi ke gereja karena sakit atau masalah lainnya.
Kita merayakan natal sendirian di rumah atau kamar kita sendiri.
Tidak ada lagu2 natal yang menemani.
Masih adakah perasaan senang seperti tadi? Atau kita merasa biasa-biasa saja karena hati kita sudah membeku?
Mungkin kebanyakan kita masih bisa pergi ke gereja.
Pertanyaannya adalah: Setelah kebaktian tadi, apakah ada sukacita sejati atas penyelamatan Tuhan yang telah merendahkan dirinya? Atau hanya sekedar perasaan senang menyanyikan lagu natal di kebaktian dan bertemu kerabat di gereja?
Allah merendahkan diriNya untuk menyelamatkan kita. Siapakah kita yang mengklaim bisa merayakan natal semegah2nya yang sebanding dengan perbuatanNya?
Natal seharusnya membawa perubahan buat kita.
Perubahan nyata yang tampak, bukan hanya sekedar perayaan di gereja, namun perayaan di dalam kehidupan kita. Kita gak pernah kekurangan kesempatan untuk berbuat baik di hari ulang tahun Yesus dan selama hidup kita.
Mulailah dari hal yang kecil dan sederhana.
Bayangkan keadaan ini:
kita memeluk kedua orangtua kita tanpa ada alasan dan membuat mereka berdua bingung.
orangtua: “Ada apa nak?”
kita: “Yesus lagi ulang tahun mama, papa. Dia sayang kalian”
Ketika kita memliki karunia untuk melakukan sesuatu yang lebih, untuk merayakan pesta ulang tahun Yesus, maka teladanilah Yesus.
Rendahkan dirimu dan layanilah sesamamu.
Tentang pertanyaan hadiah untuk ulang tahun Yesus?
Semua orang Kristen akan menjawab “hidupku, hatiku”,
tapi orang percaya, yang menjadikan Dia Jurus’lamat, mengutamakan Dia dalam hidup akan menjawab:
“hidupku yang berkenan bagiNya, hatiku yang bersyukur dan bersukacita atas Penyelamatannya...”
KALAU KU HIDUP, KU HIDUP BAGI-MU
HATIKU TETAP, TETAP MENYEMBAH-MU
DUNIA TAK BISA MENJAUHKANKU DARI KASIH-MU
- Ku Hidup Bagimu, Sari Simorangkir
HATIKU TETAP, TETAP MENYEMBAH-MU
DUNIA TAK BISA MENJAUHKANKU DARI KASIH-MU
- Ku Hidup Bagimu, Sari Simorangkir
PS : Thanks Re udah mau sharing, sebenarnya lw ga usah rendah diri kali kalo ga pernah nulis, gw baca renungan lw aja merinding, hahaha... You've got the makings of a great writter within! :) If you're reading this, please lain kali jangan pakai kata-kata aneh kayak "abrakadabra" dan "bengong2in" yaaa... hahaha, God Bless You, my friend!
No comments:
Post a Comment